CATATAN BURUK Dan PRESTASI Sepak Bola Indonesia Selama Tahun 2014

Advertisement


Pecinta sepak bola Indonesia merasa kecewa dengan kedua klub PSS dan PSIS, karena dengan sengaja menjebol gawangnya sendiri atau bunuh diri agar menerima kekalahan dalam laga delapan besar Divisi Utama 2014. Dengan total ada 5 gol bunuh diri dalam pertandingan antara PSS melawan PSIS, dan PSS keluar sebagai pemenang dengan skor 3-2 itu.


Memprihatinkan!! itulah reaksi publik pecinta sepak bola Tanah Air saat melihat cuplikan laga Divisi Utama 2014 antara PSS Sleman dan PSIS Semarang, 26 Oktober lalu dalam jejaring sosial Youtube.

Aksi pemain dari kedua klub ini semakin membuat malu publik Tanah Air. Bahkan media asing The Guardians,101greatgoals hingga Blacher Reports, turut mengulas peristiwa ini. The Guardians, mengungkapkan alasan kedua klub tersebut dengan sengaja mengalah dengan alasan ingin menghindari Pusamania Borneo FC di semifinal. Kedua Klub tersebut begitu takut bertemu dengan Borneo FC, yang akhirnya menjadi jawara DU. Dan diduga karena mendapat dukungan dari mafia sepak bola di Tanah Air.

Para pelaku sepak bola gajah tersebut kini sudah mendapat sanksi dari Komisi Dispilin (Komdis) PSSI, dengan hukuman seumur hidup dan denda ratusan juta rupiah. Dan insiden ini juga tidak akan membersihkan noda yang mencoreng persepakbolaan Tanah Air sepanjang tahun 2014.

Banyak peristiwa yang terjadi, mulai dari insiden kerusuhan antarsuporter yang menelan korban jiwa dan jebloknya prestasi tim nasional Indonesia, seakan menjadi tabir gelap yang terus menyelimuti perjalanan sepak bola Tanah Air Indonesia.

Ada empat korban jiwa dalam beberapa kerusuhan antarsuporter di sepanjang 2014 ini. Kerusuhan terbaru yang memakan korban terjadi di Stadion Manahan, saat pertandingan antara Persis Solo vs Martapura FC, 22 Oktober lalu. Kerusuhan ini dipicu atas kekecewaan suporter atas wasit Ahmad Japri, yang dianggap berat sebelah. Dalam kerusuhan itu satu orang dinyatakan tewas, bernama Joko Riyanto, warga Simo, Boyolali, dengan luka tusukan benda tumpul di dada sebelah kanannya.

Akibatnya, Komdis PSSI memberikan larangan kegiatan sepak bola di Kota Solo, selama enam bulan. Berbagai insiden kerusuhan antarsuporter ini yang membuat laga final Indonesia Super League antara Persib Bandung vs Persipura harus dipindah dari Stadion Gelora Utama Bung Karnco ke Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. PT LI khawatir terjadi kerusuhan mengingat hubungan suporter Persib dengan Jakmania.

Dalam pertandingan final itu, Persib tampil sebagai juara setelah mengalahkan Persipura dalam drama adu penalti dengan skor 5-3. Keberhasilan Persib Bandung ini seakan menghapus penantian yang tak pernah meraih juara sejak 20 tahun terakhir.

Tapi, kesuksesan Persib ini tak berimbas pada prestasi Timnas Indonesia. Beberapa pemain Persib, yang diandalkan Indonesia yang tampil di ajang AFF gagal memberikan keberhasilan. Dan Timnas bahkan gagal mengukir prestasi, setelah tersingkir di fase grup dan meraih hasil memalukan dalam sejarah Piala AFF setelah dipermalukan Filipina 0-4.

Timnas U19 yang juga berkancah di level internasional, Evan Dimas Darmono dkk gagal mewujudkan untuk tampil di Piala Dunia U-20, dengan hanya tertahan di fase grup pada Piala AFC U-19.

Timnas U19 sempat membangkitkan harapan publik Indonesia setelah lolos ke putaran final Piala AFC U-19 kali pertama dalam 10 tahun terakhir. Selain itu pasukan Indra Sjafri itu juga menyandang predikat sebagai jawara AFF U-19 2013 dengan predikat memuaskan karena mengalahkan juara bertahan Korea Selatan di babak kualifikasi, .

Tapi, harapan tak sesuai dengan kenyataannya. Karena dalam tiga laga yang dilakoninya di fase grup AFC U-19, skuat Garuda Jaya ini, tak sekalipun mampu meraih kemenangan di Myanmar, Oktober lalu.

Sebab, sudah lama Indonesia merindukan prestasi di kancah internasional. Indonesia terakhir berprestasi di kancah internasional dengan meraih medali emas di SEA Games 1991 Manila atau sekitar 23 tahun yang lalu.

Dan hasil serupa juga dialami Timnas U-23 yang berlaga di Asian Games 2014, Incheo, Korsel, Agustus lalu. Dengan harapan melaju ke perempat final harus berakhir setelah hanya bertahan di penyisihan.

Rahmad Darmawan mantan pelatih Timnas Indonesia, mengungkapkan bobroknya prestasi Indonesia ini lebih dikarenakan pengaturan sistem di persepakbolaan Tanah Air yang karut marut. Jadwal kompetisi baik di ISL maupun DU seakan tak berpihak bagi persiapan timnas untuk menghadapi event di berbagai level internasional.

“Para pemain (timnas senior) seolah kelelahan saat menghadapi laga Piala AFF. Seharusnya ada waktu persiapan lebih banyak bagi mereka agar lebih siap,” kata Rahmad Darmawan, kepada Espos beberapa waktu lalu.

F.X. Hadi Rudyatmo,Wali Kota Solo ini yang pernah menjabat sebagai anggota Komite Normalisasi PSSI ini menilai jebloknya prestasi timnas tak terlepas dari campur tangan mafia dalam persepak bola Tanah Air. Mafia ini disinyalir berada dalam tubuh PSSI. Mereka berperan dalam pengaturan skor (match fixing) dalam berbagai laga, baik di kompetisi ISL maupun DU.

“Selama masih ada mafia jangan harap sepak bola Indonesia akan maju. Berantas dulu para mafia ini. Pemerinta harus turun tangan. Enggak apa-apa Indonesia kena sanksi. Paling cuma beberapa tahun. Setelah itu, Indonesia bisa maju dan bisa juara di Asian Games 2018 nanti,” ungkap Rudy beberapa waktu lalu.

Para mafia ini masih belum terlihat hingga saat ini. Tapi, sinyal keberadaan mereka menjadi dasar pembentukan Tim Sembilan yang digagas oleh Menpora Imam Nahrawi.

Tim Sembilan dibentuk untuk mengevaluasi peran dan keberadaan PSSI. Alhasil, kejanggalan-kejanggalan dalam hasil pertandingan kompetisi hingga pembinaan para pemain untuk Timnas akan mendapat sorotan langsung dari pemerintah.

Jangan sampai ketinggalan berita-berita terbaru dan terbaik dari blog Antv Bola. Berlangganan melalui email sekarang juga yah :) :

0 Response to "CATATAN BURUK Dan PRESTASI Sepak Bola Indonesia Selama Tahun 2014"

Post a Comment